Model Sirkuler Untuk Kedaulatan Pangan (Literature Review Part 3)

Kedaulatan Pangan

Kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan. Bila ketahanan pangan adalah terpenuhinya kebutuhan pangan meski harus impor, kedaulatan pangan adalah terpenuhinya kebutuhan pangan dari hasil pangan lokal.

“Kedaulatan pangan juga dipahami sebagai hak rakyat setempat untuk memperoleh untuk memperoleh pangan yang sehat dan sesuai dengan udaya setempat, yang diproduksi dengan cara yang ramah secara ekologi dan berkelanjutan, serta hak rakyat untuk menentukan sendiri sumber pangan dan sistem pertaniannya yang bersumber dari potensi yang ada disekitarnya.” (Keraf, 2022).

cassava leaves, vegetable, food-1676161.jpg

Seringkali didapati kebijakan yang mementingkan kesejahteraan konsumen dibanding kesejahteraan petani. Misal demi menstabilkan harga pangan di pasar yang berimplikasi pada kelemahan ekonomi dan kesejahteraan petani. Model penyediaan pangan linier yang selama ini diterapkan sudah saatnya beralih ke politik kedaulatan pangan. Negara berperan menjaga produsen pangan diuntungkan dengan harga wajar dan konsumen dijamin memperoleh akses pangan sehat, berkualitas, dan ramah lingkungan. Kedaulatan pangan mengandalkan ekosistem setempat dengan kearifan lokal pembuatan pestisida nabati, pemuliaan benih spesifik lokal, yang selaras alam dan dipraktikan turun menurun. Berlanjut pada pola bertani tumpang sari dan jeda tanam, pertanian terintegrasi ternak dan kolam ikan. Dampak emisi gas rumah kaca memang masih ada tapi tidak sedahsyat model pertanian Revolusi Hijau. Dari segi kesehatan, kualitas pangan lokal bahkan mampu menyaingi kualitas pangan impor. Padahal, seringkali pangan impor t elah ditambahkan suntikan pengawet dalam proses penyediaannya yang tentu akan berdampak pada kesehatan konsumen. Dari sisi sosial politik yang selama ini dialami yaitu adanya liberalisasi ekonomi politik dengan memberi ruang politik bagi kekuatan modal asing untuk menancapkan kekuatan ekonominya pada rantai pasok pangan global. Adanya politik kedaulatan, dengan kekuatan lobi dalam pengaruh perumusan kebijakan, kekuatan asing ini akan membanguni ntegrasi vertikal rantai pasok pangan terhadap jenis tanaman apa yang harus ditanam, benih, pupuk dan lain sebagainya.

Menurut Keraf (2022), untuk meneguhkan kedaulatan pangan nasional diperlukan lima pilar yang kemudian perlu djadikan agenda nasional. Pertama, pemberdayaan dan pendampingan petani & nelayan melalui program sistematis dan terencana secara nasional oleh ahli profesional yang digaji oleh pemerintah. Kedua,petani dan nelayan dibantu untuk memperoleh akses modal seperti pembiayaan murah oleh pemerintah maupun skema kredit murah oleh lembaga jasa keungan untuk kebutuhan produksi pangan. Ketiga, intervensi teknologi tepat guna dan modern semacam teknologi digital guna meningkatkan kapasitas produsen dan nilai tambah dari hasil panen. Keempat, petani dan nelayan dibantu membuka akses pasar bagi produknya. Terbukanya akses pasar kini terbuka di platform digital, kerjasama dan kemitraan, juga dapat dilakukan aturan dari pemerintah untuk mewajibkan korporasi pangan olahan dan BUMN untuk memberikan porsi yang besar bagi produk pangan petani dan nelayan dosmetik. Kelima, jika keempat pilar tersebut telah tebangun dengan baik, pemerintah diharapkan melindungi petani dan nelayan dengan jaminan aset produktif tetap berupa lahan pertanian bagi petani dan sarana prasarana tangkap bagi nelayan. Perlindungan berbentuk legalitas sertifikat yang tidak boleh dijadikan aset tidur dan larangan untuk melepaskannya.

Model Sirkuler

Model yang diusungkan dalam pengelolaan sumberdaya hayati terkait pangan lokal adalah model sirkuler. Model sirkuler ini merupakan terobosan komprehensif holistik yang tidak hanya membebani hulu namun mensejahterakan produsen, memenuhi hak konsumen, sekaligus mengatasi berbagai krisis dan bencana lingkungan hidup. Dalam mencapai kedaulatan pangan, model sirkuler ini harus diterapkan pada empat proses: penyedia pangan, industri pengolahan pangan, industri kuliner, konsumen akhir, dan distribusi akhir.

Model sirkuler penyedia pangan pada dasarnya meniru kerja alam dan memanfaatkan kekayaan alam disekitarnya untuk menjawab berbagai kebutuhan. Ada beberapa aspek dari model sirkuler produksi pangan, Pertama, penerapan model pertanian ramah lingkungan. Pertanian bis aberupa pertanian organik, atau pertanian yang mengikuti cara kerja alam seperti regenarative agriculture dimana lahan yang ditanami kemudian meregenerasi kembali bersama mikroba-mikroba didalamnya, setiap prosesnya terjadi penyerapan ca rbon, dan menjadi subur kembali. Pertanian yang mengandalkan kearifan lokal dari pengetahuan yang turun temurun diajarkan dan bersumber dari pengalaman nyata petani selama bertahun-tahun dapat menunjang rantai siklus kehidupan. Kedua, pola pertanian efisien dan efektif dengan bantuan teknologi digital seperti digital farming atau smart farming 4.0. Ketiga, dilakukan pola tanam tumpangsari. Praktik ini dapat menjaga kesuburan tanah dan dapat mencegah serta mengendalikan hama. Pola tanam ini ternyata mempengaruhi pola makan masyarakat setempat. Dengan adanya polikultur atau tumpangsari, hasil panen yang didapat dari jenis tanaman yang berbeda-beda sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sayuran di rumah. Beda halnya dengan praktik tanam monokultur/sejenis, selain serangan hama nya bisa menyebabkan gagal panen serentak, pola makan tidak dapat memenuhi kebutuhan masayarakat sehingga ada kebergantungan dengan hasil panen diluar wilayah atau membeli yang tidak ada di wilayahnya. Keempat, dilakukan pengaturan dan penggiliran panen. Tanaman yang ditanam di lahan diatur agar waktu panen tidak bersamaan. Kemudian jenis tanaman yan singkat diatur agar produksinya tidak berlebih. Berlebihnya produksi akan menurunkan harga karena susah diserap oleh pasar dan biasanya berakhir di sampah. Penggiliran tanam juga merupakan bagian dari pemberian waktu untuk memulihkan kesuburan tanah melalui proses alamiah biofisik. Kelima, resi gudang untuk pangan berlebih khususnya bagi produk tahan lama ceperti beras, kopi, coklat, dan rempah. Peran ini seharusnya dilakukan oleh BuLog atau Badan kedaulatan Pangan Nasional. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini akan sangat membantu petani, sehingga ketika panen raya, petani tidak terpaksa menjual dengan harga murah karena tidak mampu menyimpannya. Pemerintah dapat membeli dari petani dengan harga wajar. Keenam,  jaminan dan perlindungan aset produktif. Idealnya, model sirkuler ini mengajak untuk memanfaatkan lagi kotoran ternak, limbah budidaya, yang bisa digunakan untuk pertanian. Teknologi digital seperti smart farming akan membantu produsen pangan terlebih lagi perubahan iklim yang kini tidak menentu dalam melihat prediksi cuaca untuk seleksi tanaman yang akan ditanam dan juga persiapan tadah hujan atau nelayan melaut, kondisi tanah dalam persiapan lahan, pengaturan irigasi. Begitu halnya dengan digital fishing bagi nelayan yang dapat mempermudah nelayan sekaligus penstrategian dalam digital agar penangkapan ikan berkelanjutan dan lestari.

Model sirkuler industri pengolahan pangan juga perlu diterapkan dengan pegangan dasar ekoefisien dan ekoefektif dengan beberapa prinsip. Pertama, pemilihan bahan baku yang berkualitas, bergizi, dan sehat. Pemilihan bahan baku non pangan seperti kardus, plastik, air, dan energi lainnya juga dipilih yang terbaik dan minim cemaran serta digunakan seefektif dan seefisien mungkin agar tidak meninggalkan sampah baik di pabrik produksi maupun di konsumen akhir. Kedua, bahan baku yang digunakan untuk pangan olahan harus digunakan seefektif mungkin tanpa harus ada yang terbuang, misal menggunakan pisang maka kulit pisangnya bisa dijadikan kompos atau dikirim ke usaha yang membutuhkan kulit pisang. Begitu juga dengan air dalam prosesnya yang tidak hanya sekali pakai namun bisa didaur ulang dan dapat digunakan lagi pada level downgrade. Ketiga, kebutuhan bahan baku non pangan untuk proses pengolahan pangan harus berbahan biologis, kalaupun bukan, maka bahan yang digunakan harus dipastikan dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk lainnya, dikirim ke produsennya, atau dikirim ke bank sampah. Keempat, produsen pangan dan pemilik merek harus membangun sistem pelacakan produk sehingga dapat dideteksi pesebarannya, kemudian menunjang konsumen untuk mengembalikan kemasannya dengan dibuat titik-titik pengumpulan karena ini bagian dari tanggungjawab pemilik merek dan produsen. Kelima, perencanaan dan perancangan terkait pola penggunaan dan konsumsi energi harus dibuat sejak awal. Akan lebih baik jika energi yang digunakan mulai bertransisi ke energi terbaharukan.

Model sirkuler industri kuliner baik perusahaan atau jasa menyediakan pangan yang berasal dari industri olahan pangan atau bahan baku segar. Prinsip dalam model sirkuler indusktri kuliner yang pertama, sama halnya dengan prinsip model sirkuler industri pengolahan pangan. Pemilihan bahan baku yang bekualitas, sehat, tidak menggunakan suntik hormon kimiawi atau zat aditif lainnya. Kedua, peniadaan sampah merupakan peran terpenting yang dilakukan oleh industri kuliner.Memastikan bahwa produksi pangan tidak ada yg tersisa/tidak terjual. Jika terdapat produk yang tidak terjual, dapat diolah lagi dan disalurkan ke lembaga food bank yang kemudian nanti akan diterima oleh kelompok-kelompok yang membutuhkan. Ketiga, menerapkan sistem prasmanan atau ambil nasi dan minum sendiri, menjadi lebih arif karena sesuai dengan takaran konsumen. Keempat, industri ini perlu menggunakan energi hijau dan terbaharukan seperti penggunaan energi surya, dan mengoptimaklan penggunaan elektronik misal pendingin ruangan digunakan di ruang tertutup. Kelima, sebagai penguatan kedaulatan pangan, bahan baku untuk industri kuliner dipilih yang bersumber dari pangan lokal.   

Model sirkuler pada konsumen akhir juga ikut terlibat dalam prosesnya.Di Indonesia, emisi GRK yang ditimbulkan dari limbah pangan (food loss & waste) selama 20 tahun terakhir mencapai 1.702,9 Megaton CO2-ekuivalen atau setara dengan 7,29 persen rata-rata emisi GRK Indonesia per tahun. Rata-rata emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan dari 1 ton food waste besarnya 4,3 kali lipat dari food loss. Lebih persisnya, dari kelima tahapan rantai pasok pangan, penyumbang terbanyak emisi gas ini berasal dari tahap konsumsi (Kriya dan Syahrier, 2022). Makanan yang disediakan di meja makan/di rumah sesuai dengan kebutuhan dengan seimbang gizi dan kuallitas. Proses masak harus diperhatikan agar bener-benar bersih dan gizi tidak hilang. Kedua, menyediakan makanan tidak berlebihan dan sebagaiknya hidangkan untuk sekali konsumsi. Khawatirnya bisa berlebih dan tidak termakan, makanan akan berakhir di tong sampah karena rasanya yang berubah dan dapat menyebabkan sakit perut. Seandainya terjadi berlebih, perisapkan pembuangan sampah organik misal komposter, atau diolah dan dijadikanpakan ternak. Ketiga, seleksi pangan dengan memerhatikan komposisi yang tidak mengandung zat adtif dan cek kadaluarsa. Keempat, menggunakan tas belanja dan wadah reuse saat membeli bahan baku juga selama proses penyimpanan. Teknik food preparation yang baik dapat menjaga makanan awet lebih lama. Tambahan dari saya, meal plan juga bagian dari food preaparation. Dengan perencanaan menu makan, dapat meminimalisir pangan yang terbuang juga pencatatan gizi yang seimbang. Kelima, pilih pangan lokal dan meminimalisir bahan baku yang berasal dari industri olahan pangan. Hal ini mendukung kedaulatan pangan, memangkas emisi karbon, dan baik untuk kesehatan.

Model sirkuler dari sisi distribusi pangan diperhatikan terkait rencana ekologis. Pertama, penggunaan wadah angkut yang dapat digunakan lagi juga transportasi hemat energi. Kedua, perusahaan penyedia dan pemasok membangun lokasi jaringan distribusi yang berdekatan. Selain memangkas emisi karbon, memudahkan petani, menggunakan pangan lokal, juga bisa dekat dengan pasar konsumen. Ketiga, jaringan distribusi sekaligus menjadi jaringan pengumpulan kembali sampah dari konsumen. Selain sebagai citra promosi, konsumen diajak untuk terlibat dalam tanggung jawab sampah/limbah yang dihasilkan. Keempat, simpul distributor seperti supermarket perlu membuat kebijakan bagi distributor dengan hanya menerima pangan berkualitas dan jumlah yang tdak berlebih, pun ada mekanisme baik untuk pangan yang akan kadaluarsa. Bisa dikembalikan ke distributor, atau disumbangkan, atau dikirim ke perusahaan olahan yang dapat digunakan untuk pakan ternak.

Referensi:

Keraf, A Sonny. 2022. Ekonomi Sirkuler Solusi Krisis Bumi. Gramedia: Jakarta

Benihbunbun punya bibit pangan lokal, dan kamu bisa checkout langsung di website ini:

Lihat produk benihbunbun lainnya dengan cara klik tombol dibawah ini:

Layanan konsultasi

Setiap pembelian produk benihbunbun maka akan mendapatkan fasilitas konsultasi tanam menanam dengan tim ahli kami

Kontak kami

Camp Garden Benihbunbun
Kampung Areng, Desa Wangunsari, Lembang, Bandung Barat – Jawa Barat – Indonesia

IMG_20201224_083032

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *